Saat Gorengan Jadi Obat Galau di Tengah Drama Langit Batam

Batam hujan. (Foto: ilustrasi)

KOTA Batam, yang terkenal dengan panas bedengkangnya dan hiruk pikuk aktivitasnya, kini berubah jadi panggung drama hujan tiada akhir. Sudah dua hari penuh, langit Batam seperti sedang menyelenggarakan kompetisi siapa yang bisa menumpahkan air paling banyak. Kalau hujan ini adalah film, judulnya mungkin “Ketika Batam Menangis.”

Warga Batam yang biasanya sibuk wara-wiri sekarang malah sibuk bikin laporan curah hujan di media sosial. “Lapor, hujan deras di Bengkong,” tulis satu akun. Lalu dibalas sama yang lain, “Di Nagoya nggak kalah deras, bro. Kayaknya ini banjir bakal jadi kolam renang dadakan.” Ada juga yang mengupload video kucingnya melongo dari jendela, kelihatan kesal karena nggak bisa main keluar.

Pedagang di pinggir jalan? Mereka juga ikut-ikutan kreatif. Penjual bakso mulai bikin promo spesial: “Hujan deras? Diskon semangkuk bakso buat yang basah kuyup!” Sementara itu, abang-abang ojek online mulai menulis status penuh drama: “Jangan panggil aku driver, panggil aku pelaut darat!” Dengan kondisi jalan yang mulai menyerupai sungai kecil, siapa yang bisa menyalahkan mereka?

Sementara itu, para pekerja kantoran cuma bisa berharap listrik nggak mati, soalnya kalau mati, berarti kerja dari rumah cuma tinggal namanya.

Tapi di balik semua keluhan dan meme-meme lucu, ada satu hal yang bikin warga Batam tetap optimis: mereka tahu, setelah hujan, biasanya ada pelangi. Atau kalau nggak ada pelangi, ya setidaknya ada gorengan panas di warung sebelah.

Karena begitulah cara orang Batam menghadapi cuaca ekstrem — dengan humor, gorengan, dan sedikit harapan bahwa besok matahari bakal muncul lagi.